Toleransi Dalam Kehidupan Ber-medsos

Sosial media bukan sesuatu yang 'aneh' bagi masyarakat Indonesia, saya yakin hampir semua orang memiliki akun di media sosial. Baik itu sosmed populer seperti Facebook dan Twitter atau sosmed yang relatif baru seperti Ask.fm dan Path. Namun, pernahkan anda bertanya adakah manfaat sosmed dalam menjaga keberagaman di Indonesia, khususnya menjaga toleransi antar umat beragama ? atau justru sosmed malah menjadi suatu boomerang dan ancaman bagi kehidupan beragama ?

Menurut saya sosmed ini seperti 2 belah mata koin yang berbeda, ada sisi positif serta ada juga negatifnya. Gak bisa dipisahin !!! Seperti kasus yang menghebohkan baru-baru ini. Bagaimana 'the power of sosmed' berbicara, dalam waktu yang singkat sudah terkumpul sejumlah dana fantastis untuk seorang ibu yang wartegnya terkena razia di kota Serang Prov. Banten. Aksi penggalangan dana tersebut di lakukan via Twitter oleh seorang nitizen. Banyak orang berpendapat mengenai kasus ini, bahkan timeline saya di Facebook dan Twitter dipenuhi oleh berbagai pendapat yang dibagikan teman-teman saya. Saya pribadi sempat mencibir satpol PP Serang yang bertindak arogan dalam razia tersebut, lagi puasa koq sempet-sempetnya main kasar. Saat itu saya berpikir, selama ini saya baik-baik saja dan tidak tergoda jika melihat warung atau tempat makan yang buka di bulan Ramadhan. Itu masalah iman, alhamdullilah iman saya masih cukup tebal apalagi hanya masalah makanan. itu mah keciiiilll. Tapi setelah saya mencoba untuk menganalisa persoalan tersebut, ini bukan hanya masalah iman tetapi masalah untuk saling menghormati.

Aksi pengumpulan dana yang dilakukan via Twitter (dok.solopos.com)
Akhirnya banyak orang yang adu pendapat dan berakhir dengan salah paham, karena apa ? karena mereka menelan bulat-bulat info yang tersebar dimedia. Saya pun demikian, tanpa melihat dari sisi agama saya langsung berpendapat bahwa satpol PP itu tidak manusiawi. Ya, kebanyakan kita digiring untuk berpendapat di bawah kata 'manusiawi'. Peran media sosial pun tak bisa saya anggap enteng, banyak teman-teman bahkan saya sendiri termakan oleh berita dan pendapat yang disebarluaskan via sosmed tersebut. Padahal saya hanya melihat kasus tersebut dari sudut pandang korban, bukan sudut pandang pelaku yang dalam hal ini sedang melaksanakan tugas. Tapi dari kasus ini saya dapat menilai, bahwa masyarakat Indonesia masih memiliki empati dan rasa peduli terhadap sesamanya. Terlepas dari segala rumor yang merebak akhir-akhir ini tentang si ibu, we are still awesome good job Indonesian :)

Lain lagi dengan kasus di bawah ini, speechless deh... *mohon maaf jika content tersebut mengandung kata-kata kasar, TIDAK untuk ditiru.

Status yang melecehkan agama (dok.facebook.com)
Untuk kasus yang ini, jujur saya sedikit takut untuk berpendapat. Terlalu sensitif. Hal pertama yang saya tanyakan ketika melihat gambar tesebut adalah 'anak ini pernah belajar PPKN gak sih ?' Iya anda gak salah baca PPKN, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Dulu saat saya masih berstatus pelajar baik di tingkat dasar maupun lanjutan, pasti matapelajaran PPKN ini membahas tentang toleransi dan tenggang rasa. Tidak kah rasa toleransi dan tenggang rasa itu lahir dalam hati anda, hai kau adik kecil ? Dari pelajaran itu kita bisa belajar bagaimana menghormati dan menghargai orang lain, bahkan dalam hal keyakinan. Toh, tidak ada agama yang menyerukan untuk berbuat jahat kepada pengikutnya. Selain itu, penggunaan sosmed jadi melenceng jauh. Sosmed yang awalnya di ciptakan sebagai media alternatif untuk bersosialisasi, malah di jadikan sebagai ajang adu domba dan menjelek-jelekan agama lain. Dan lebih parahnya lagi banyak orang yang dengan mudahnya terprovokasi dengan status-status semacam di atas. Come on, what's going on with you peoples ? berabad-abad kita hidup berdampingan dalam perbedaan dan keberagaman, sekarang koq malah gampang tersulut emosi. Bahkan dalam keluarga besar saya pun ada anggota keluarga yang berbeda kayakinan dan etnis, and we are still respect each other. Gak pernah tuh kita mengunggulkan salah satu agama atau pun suku. Kedudukan kita sama rata dimata hukum negara mbak sist, mas bro. Bahkan dalam agama pun hanya amalan baik buruk yang membedakan orang. jadi stop lah menghina atau melecehkan keyakinan orang lain di ruang publik apalagi di sosmed, gak etis banget !!!

Kembali pada pokok permasalahan, sosmed bisa menjadi sarana untuk menjaga kerukunan antar umat beragama tapi bisa juga digunakan sebagai alat pengadu domba. Bijaksana lah dalam menggunakan sosmed, lately banyak sekali orang yang salah kaprah dengan ungkapan 'kebebasan berpendapat.' Hal itu banyak terjadi di sosmed, ya contohnya seperti kasus di atas. Alih-alih berpendapat malah terjerat hukum pidana, karena di anggap melecehkan suatu agama. Jadi jawaban untuk pertanyaan saya di awal adalah, sosmed bisa menjadi fasilitas untuk menjalin kerukunan antar agama tetapi bisa juga di jadikan sebagai medan adu domba dan provokasi. Tergantung niatan si pengguna sosmed tersebut. Mudah-mudahan masih banyak orang diluar sana yang sadar akan pentingnya menjaga kerukunan dan keberagaman. Ini bukan menyangkut kerukunan antar golongan atau agama saja loh, tapi kerukunan bangsa juga. Tanyakan lah pada diri kita masing-masing, 'sudahkan saya bertoleransi dalam kehidupan ber-sosmed ?'

"artikel ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blog yang diselenggarakan oleh ICRS dan Sebangsa"

Review Kuliner : Jajan Cantik Di Rolling Pin Sugar Art

Saya termasuk orang yang jarang mengkonsumsi makan manis, entah kenapa makanan manis tidak terlalu menggoda di mata saya mungkin karena efek saya yang memang sudah manis sejak lahir :D *kibas alis kemudian pembaca muntah :P. Tapi kadang2 jika memang sedang ingin makan yang manis2 sudah seperti orang ngidam, pokoknya harus makan cemilan manis biar gak ngiler. Seperti weekend kemarin, gak tahu kenapa ngiler banget makan yang manis2. Dari sekian banyak cemilan manis, pilihan saya akhirnya jatuh ke cupcake. Cupcakenya juga bukan sembarang cupcake. Saya memilih cupcakes dari Rolling Pin Sugar Art, melihat tampilannya di instagram jadi makin ngiler deh. Rolling Pin Sugar Art adalah salah satu toko kue yang menjual kue, tart, cupcake dan fondant & brithday cake murah di Bandung. Rolling Pin Sugar Art ini berada di Jl. Ciumbuleuit no.108 Bandung, sedikit ke atas dari kampus Unpar.

1 Box Cupcakes from rolling pin sugar art
Berdua dengan si cinta, kami memilih rasa cupcakes favorit masing2. Saya memilih red velvet, hummingbird dan banana strawberry. Sedangkan si cinta memilih cupcakes dengan flavour choco oreo, boston cream dan red velvet *ngiler, liat red velvet punya saya :P.

cupcakesnya enak banget
Masalah rasa, cupcakes ini manisnya ga bikin enek apalagi red velvetnya balance banget deh sama rasa cream cheesenya. Untuk hummingbird ingredients nya sedikit unik, dalam adonan cupcakenya ada potongan nanas tetapi memiliki rasa pisang *nah loh bingung kan :D di atasnya di beri icing cream cheese kemudian di taburi dengan walnut. Hummingbird ini terbaiksss...Untuk banana strawberry, bisa ditebak lah yah cupcake ini mix antara pisang dan strawberry tapi rasanya tetep enak icingnya juga gak terlalu manis.


Untuk rasa choco oreo, menurut si cinta rasa cupcakenya tidak terlalu manis namun ketika dimakan bersamaan dengan icingnya baru deh balance. Sedangkan boston cream, rasanya seperti brownies clasic tapi rasa manisnya tetep gak berlebihan. Kesimpulannya cupcakes disini tidak terlalu manis, jadi bagi kita yang tidak terlalu suka rasa manis cocok banget.

Favorite flavour, red velvet
Oia berhubung waktu itu kami ada rencana ke tempat lain, jadi 1 box cupcakes itu kami bawa pulang. Padahal tempatnya lucu banget buat foto2 :'). Next time kesana lagi deh sekalian testing makanan lain sambil selfie :P. Cupcakes ini dihargai Rp.40.000 perbox, tetapi karena saya membeli cupcakes tersebut melalui aplikasi Dealoka jadi ada potongan sebesar 40%. Lumayan bisa jajan cantik nan enak tapi murah meriah :D.

Review Kuliner : Resto Ramen Favorit di Sekitar Bandung

Bagi penggemar makanan Jepang, ramen atau mie khas negeri sakura tentu tak asing lagi. Mulai dari ramen yang di jual di kedai - kedai biasa sampai ramen yang di jual di restoran premium yang super mahal (buat kantong saya :D). Sebetulnya rasa ramen di kebanyakan restoran Indonesia sudah di sesuaikan dengan selera lokal. Tak heran jika kita dapat menemukan ramen dengan pilihan level pedas, mulai dari level pedas yang cetek sampe level yang bikin mewek. Hal itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan lidah Indonesia yang mayoritas menyukai makanan pedas. Nah berikut ini ulasan mengenai restoran ramen yang sudah pernah saya kunjungi, bahkan menjadi tempat favorit nan penuh memory (aseeek :)))

1. Yagami Ramen House
Terletak di  Jl. Ir. H. Djuanda tepatnya di sekitar Simpang Dago, sebelahan dengan Memory salon. Sebetulnya ada 1 tempat lagi yaitu di Jl. R.E Martadinata (Jl.Riau) Bandung, namun saya lebih sering ke gerai Simpang Dago :D. Di tempat ini biasanya saya memesan semangkuk Blakkupepa Ramen, mie yang di sajikan dengan kuah blackpaper, telur rebus, wortel dan jamur. Sebelum ditambah dengan sambal, kuah ramen ini sudah cukup pedas jadi bagi anda yang tidak suka pedas hati2 yah. Untuk pelengkapnya saya memesan Chicken katsu. Tapi jika anda merasa bosan dengan Chicken katsu bisa memilih topping yang lain juga koq, seperti beef slice, salmon ball, octopus, fried fish cake, sweet corn atau naruto. Selain Blakkupepa ramen, yang menjadi andalan disini adalah Tom Yum ramen, kuah tom yum nya seger banget. Masih ada 9 pilihan rasa lainnya loh :)

Blakkupepa Ramen
Selain itu tempatnya juga cukup luas, plus cozy banget. Cocok deh buat nongkrong sama teman. Harga yang ditawarkan berkisar antara Rp.19.000 sampai Rp.42.000, cukup terjangkau kan. Service nya juga cepat, dijamin tidak akan membuat kita kelaparan menunggu.

 
Suasana di Yagami Ramen Dago
Suasana Di Yagami Ramen House Dago
2. Hakata Ikkousha
Menurut situs resminya, Hakata Ikkousha adalah rumah makan ramen yang berdiri sejak 40 tahun silam di Fukkuoka Jepang. Hakata sendiri merupakan desa yang terkenal dengan berbagai variasi kulinernya dan juga merupakan salah satu tempat makan paling populer di Fukkuoka. Hakata Ikkuousha sendiri memiliki cabang pertamanya di Jakarta, yang merupakan salah satu cabang resmi dari Fukkuoka Hakata Jepang. Begitu saya tahu ternyata ada cabangnya juga di Bandung, langsung jingkrak2 deh soalnya sudah jadi target sejak lama :P. Outlet di Bandung berada di Jl. R.E Martadinata no.172 (Jl.Riau), dekat dengan lampu merah Jl. Laswi.

Buku Menu Hakata Ikkousha
Begitu membuka daftar menu, saya langsung tertarik dengan ramen ayam tamtam. Kuahnya kaya ada pedes2nya gitu :D. Oia jangan khawatir yah, outlet Bandung ini termasuk kedalam kategori no pork alias bebas dari daging si piglet. Alhamdulillah :). Saya datang ke sini bersama dengan 7 orang teman kantor saya, 4 orang memesan ramen ayam tamtam sedangkan 4 lainnya memesan ramen ayam special *kalau tidak salah :P.

Ramen Ayam Tamtam
Ramen ayam tamtam yang sudah saya obok - obok :P

Ramen Ayam Special
Setelah pesanan datang, langsung deh dalam hati bilang 'ini worth it banget..' sambil senyum2 sendiri :)). Kuahnya kental banget dan memang sedikit pedas, tapi dikiiiiiit banget karena setelah itu saya campur lagi dengan irisan cabe rawit. Teteup ya, ga ramen ga mie rebus di cengekan emang lebih mantap :P. Kisaran harga untuk seporsi ramen disini sekitar Rp.58.000, cukup membuat dompet kering ya tapi sepadan dengan rasanya apalagi telur rebus setengah matangnya. Nulis ini aja saya sambil ngeces, kepengen lagi. Next time pasti kesini lagi :D.

Suasana Hakata Ikkousha
Suasana Hakata Ikkousha
Tempatnya juga luas dan bersih apalagi lokasinya mudah di jangkau. Pelayanannya juga bagus, begitu cabe rawit potongnya habis, langsung di refil wkwkwk. Maklum saja apalah dayaku yang berlidah sunda ini :p. Selain menu ramen, disini juga menyediakan menu Donburi, nasi kare dan yang unik ada menu bubur ramen juga.

3. Marugame Udon
Nah, ini sebetulnya bukan termasuk kategori ramen tapi berhubung masih saudaraan gak papalah yaa sekalian saya tulis saja hahha :D. Marugame udon ini merupakan restoran yang berasal dari Kobe Jepang dan saat ini sudah memiliki lebih dari 800 cabang. Uwooow, sugoi !! Udon sendiri adalah mie khas Jepang yang memiliki ketebalan berbeda dengan mie pada umumnya. Marugame udon yang biasa saya kunjungi, berada di Jl. R.E Martadinata no.112 Bandung. Lokasinya berada dipinggir jalan, jadi mudah untuk di akses. Sebenarnya, tempat ini juga luas tapi karena selalu penuh, jadi terlihat agak sumpek.

Sistem order disini seperti kebanyakan resto Jepang lainnya. Kita mengantri dulu sambil memilih makanan kemudian bayar *yaiyalah :D. Sayangnya saya selalu tidak sempat mendokumentasikan aktifitas saat mengantri (saking terlalu konsen mau order yang mana). Pelayannya juga baik banget, mau membawakan makanan saya ke meja karena berat :P

Chicken Katsu Curry Udon + Chikuwa tempura
Saat pertama kali ke Marugame, saya memesan Niku Udon plus Chicken Katsu. Asli ini nagih, kuahnya gurih banget dan teteup yah ditambahin cabe rawit iris hahha. Chicken katsunya juga benar2 tebal, bukan tebal tepungnya saja seperti chicken katsu di tempat lain. Pada kunjungan selanjutnya saya memilih Chicken Katsu Curry Udon plus Chikuwa. Yang ini agak beda kuahnya, karena saya memilih Curry maka kuahnya pun lebih kental seperti Curry pada umumnya. Tapi tetap enak koq, apalagi wanginya beeuh menggoda iman. Oia Chikuwa itu semacam otak2 khas Jepang, dominan rasa ikan namun agak manis.
Niku Udon + Chicken Katsu
Selain menu udon, ada juga menu rice bowl. Macam2 sih ada beef curry rice, tendon rice dll. Tapi saya belum pernah mencoba menu ini, saya lebih penasaran dengan menu udonnya. Range harganya antara Rp.34.000 sampai Rp.54.000 per porsi.

Itu dia tempat makan ramen favorit saya, tempat makan favoritmu dimana :) ?

#PadiMeetup, Pelatihan Membaca dan Menulis Review


Minggu 29/04/16 saya menghadiri event #PadiMeetup yang diselenggarakan di Plasa Telkom Group Lembong. Sebetulnya hari itu saya berniat pergi ke event Hotaru (festival kebudayaan Jepang yang di adakan di ITB), namun ternyata beberapa hari sebelumnya saya malah tertarik untuk mengikuti acara #PadiMeetup yang di infokan melalui email. Tanpa pikir panjang saya langsung mendaftar setelah memilih 1 judul buku yang terbitan Balai Pustaka yang sudah dibaca. Sebetulnya saya belum pernah membaca buku - buku terbitan BP, kecuali buku pelajaran waktu jaman sekolah dulu. Setelah menimbang dan memutuskan :p, akhirnya pilihan saya jatuh pada novel karya Abdul Muis yang berjudul Salah Asuhan. Awalnya saya tertarik dari judul buku tersebut, saya kira isi buku ini tentu masih relevan dengan kondisi sosial saat ini. Tapi setelah di buka, bahasanya bro..melayu formal cyin pusing jadinya :)) karena harus benar di pahami maksud kalimatnya. Skip..

#PadiMeetup sendiri adalah Workshop Pustaka Digital (Padi) yang di selenggarakan berkat kerja sama Telkom Indonesia dengan IBC, Nulisbuku.com, Zettamedia dan Storial.co. Sebetulnya acara ini juga merupakan launching aplikasi Padi itu sendiri. Padi atau pustaka digital merupakan aplikasi yang disediakan Telkom untuk membaca ebook.

Padi dapat di buka via Web atau Gadget
Sebagai orang yang malang melintang dalam dunia perIT'an (aseeek :P), menurut saya aplikasi ini belum cukup matang untuk bisa launching ke publik. Masih banyak bugs dan perbaikan lain yang harus di perbaiki. Ini opini pribadi maaf loh ya :)

Selain launching aplikasi padi, event ini juga seru banget. Ada juga pelatihan membaca dan menulis. Sebagai narasumber dalam pelatihan membaca adalah Mbak Ollie, beliau adalah Chief Content Officer di ZetttaMedia.id. Jangan bayangkan ini pelatihan membaca seperti anak TK yah. Bukan, bukan sama sekali. Beliau menjelaskan teknik membaca cepat untuk membaca buku. Ada teknik scanning, ada teknik membaca menggunakan pola S dan Z, teknik membaca dengan batas kolom dengan garis imajinasi dan membaca menggunakan jari telunjuk. Setelah di coba, saya pusing pemirsa hahhah balik ke teknik konvensional aja deh :D.

Mbak Ollie narasumber dalam pelatihan membaca
Narasumber selanjutnya adalah Mbak Feby Indirani, beliau adalah seorang Writer dan Journalist. Beliau bertanggung jawab untuk memberikan ilmu mengenai penulisan sebuah review. Ternyata menulis review tidak bisa sembarangan, ada kaidah - kaidah tertentu juga yang harus di perhatikan. Menulis review buku non fiksi dan buku fiksi juga berbeda loh tekniknya. Berikut ini tips yang beliau bagikan :
1. Sebelum mereview, pilihlah buku yang sesuai dengan bidang atau minat kita untuk di ulas.
2. Harap di catat, mereview bukan menulis atau menceritakan ulang buku yang sudah kita baca. Artinya tidak harus semua detail kita cantumkan dalam review.
3. Hati - hati dengan spoiler.
4. Membaca buku tersebut sampai tuntas.
5. Temukan gagasan utama disetiap paragraf atau bab nya.
6. Membuat kerangka tulisan.

Mbak Feby, sedang menjelaskan teknik menulis review
Nah gimana, ribet - ribet seru kan :D. Oia, di event ini saya bertemu lagi dengan beberapa rekan dari Blogger Bandung. Sebelahan banget dengan Mbak Lendy, pas duduk dengan pede nya saya tanya "dari Blogger Bandung yah? ibujerapah.com kan ?" kemudian di jawab "Bukan, kalau ibujerapah.com Mbak Dessy". Kemudian saya senyum sambil nahan malu. Maafkan ke sotoyan saya Mbak Lendy :) sekarang gak salah lagi koq. Mudah - mudahan.

Isi Goodie bag dari evet #PadiMeetup, Laptop tidak termasuk :P
Dalam event ini juga ada sosialisasi Book Review Competition loh. Bagi yang ingin berpartisipasi bisa membaca info lengkapnya disini. Semoga info ini bermanfaat :)

Keseruan #RoadBlog Bandung


Sabtu pekan kemarin (14/05/16), saya mendapat kesempatan untuk menghadiri event akbar yang bertajuk Excite Indonesia RoadBlog 10 Cities. Kebetulan saya baru bergabung dengan komunitas Blooger Bandung, sehingga saat admin mengumumkan acara ini tanpa berpikir panjang langsung mendaftarkan diri. Beberapa hari kemudian, saya mendapat email yang menyatakan bahwa saya terpilih sebagai salah satu peserta. Asiiik :D

Kemudian saat hari pelaksanaa, perasaan saya jadi campur aduk antara excited, deg – degan sampai perasaan jiper alias ngeper. Kenapa ? karena saya benar – benar sangat baru dalam dunia bloging, sedangkan peserta yang lain sepertinya sudah malang melintang cukup lama dalam kancah perblogingan.

#RoadBlog Bandung (14/05/2016)
Acara #RoadBlog ini di laksanakan hampir seharian, dari pukul 08.00 WIB sampai 17.00 WIB serta di dukung oleh Traveloka, Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF), Pegadaian dan Bank Sinarmas. Selain itu acaranya bertabur hadiah banget loh, dari acara mulai sampai selesai ada saja hadiah yang dibagikan pada peserta yang beruntung. Mengambil tempat di hotel Best Western Premier La Grande Bandung, akses menuju lokasi sangat mudah karena terletak di pusat kota lebih tepatnya di seberang BIP.

Sampai disana sekitar pukul 7.35 WIB, saya sempat bingung karena kebetulan hari itu ada 2 event lain yang sama – sama di laksanakan di hotel itu. Setelah bertanya kepada petugas hotel akhirnya saya sampai di TKP, gak jadi nyasar deh :p. Saat saya memasuki ruangan, hanya ada beberapa peserta yang baru datang kalau tidak salah Mbak Dessy Natalia (ibujerapah.com) dan Mas Agung (maaf lupa nama blognya :)v).

Daftar Acara
Setelah peserta lain datang, acara pun di mulai. Event ini di pandu oleh Mas Raja Lubis serta dibuka oleh performance dari duo RRC (Republik Rakyat Cisitu :D). Ada yang menarik bagi saya, yaitu alat musik yang di gunakan oleh duo RRC. Alat musik tabuh itu mirip kendi yang biasa saya lihat. Ternyata menurut penjelasan mereka, alat musik tersebut berasal dari Nigeria dan disebut Udu. Unik yaa..
 

Duo RRC, lengkap dengan alat musik unik 'Udu'
Dilanjutkan dengan sambutan dari Bang Aswi sebagai ketua Blogger Bandung, lalu di susul oleh sambutan dari Mas Aldy Teren Putra perwakilan dari Excite. Sebelum sesi 1 dimulai, ada selingan acara dulu nih "Coffee Break". Akhirnya :D. Baiklah, mari lanjut ke acara inti. Sesi pertama seminar ini diisi oleh Bpk. Doddy Budiatman dari Lembaga Sensor Film (LSF), Mas Barry Angga dari Traveloka dan Bpk. Nur Hasan dari Pegadaian.
Narasumber pada sesi 1 #RoadBlog Bandung
Pak Doddy Budiatman menjelaskan apa itu LSF, fungsi lembaganya, lengkap dengan landasan hukum yang mendasari LSF ini. Untuk teman - teman yang ingin mengetahui lebih lanjut, bisa mengujungi Link ini. Berdasarkan penuturun beliau, saat ini LSF tidak melakukan pemotongan dan pengurangan adegan lagi. Proses sensor dilakukan secara mandiri, artinya para sineas perfilman diminta untuk membuat naskah skenario sesuai dengan peraturan dan budaya masyarakat Indonesia. Sehingga pemotongan dan pengurangan adegan dapat dihindari. Selain itu beliau juga menjelaskan bahwa pekerjaan LSF ini tidak mudah. Selalu ada pro kontra dalam setiap prosesnya, misal LSF melakukan sensor pada film A dan melakukan protes terhadap salah satu adegan di film tersebut, sang Sutradara merasa tidak melakukan pelanggaran apapun karena ia menganggap adegan tersebut merupakan bagian dari seni. Nah hal ini cukup berat menurut saya, satu sisi LSF ingin memberikan film yang berkualitas dan layak tonton bagi masyarakat sedangkan disisi lain LSF seringkali dianggap memasung kreatifitas insan perfilman. Hmm..jadi bingung deh.

Dilanjut oleh narasumber berikutnya yaitu Mas Barry Angga dari Traveloka. Mas Barry menceritakan awal berdirinya Traveloka. Dalam penjelasannya beliau juga menyisipkan beberapa iklan Traveloka yang membuat peserta tertawa. Oia dalam event ini Traveloka juga membagikan voucher diskon loh, lumayan :P

Mas Barry 'Traveloka' sebagai narasumber di #RoadBlog Bandung
Selanjutnya narasumber dari Pegadaian yaitu Bpk. Nur Hasan. Kebetulan banget nih, sebetulnya saya sangat tertarik dengan tabungan emas dari pegadaian. Beberapa teman saya sudah terlebih dulu membuka rekening tabungan emas ini. Tapi koq saya masih belum paham dengan systemnya, padahal  mereka sudah menjelaskan :P. Tabung emas sendiri adalah layanan pembelian dan penjualan emas dengan fasilitas titipan dengan harga yang terjangkau. Tabungan emas ini cocok untuk kita yang ingin berinvestasi emas tetapi khawatir fisik emas tersebut hilang. Oia saya sempat bertanya kepada beliau mengenai perbedaan membeli emas baru dengan emas hasil lelang. Jadi, jika kita membeli emas baru kita bisa menjual lagi emas tersebut seharga dengan saat kita membeli emas. Artinya meskipun ada pengurangan harga saat menjual, harganya tidak terlalu jauh dari saat kita membeli emas. Dengan catatan kita menjual lagi emas tersebut ke Pegadaian. Sedangkan jika kita membeli emas hasil lelang, emas tersebut tidak dapat di jual lagi ke Pegadaian. Tentunya harga beli emas baru dan emas lelang akan berbeda. Sesi pertama pun selesai, acara selanjutnya isoma. Peserta dipersilakan untuk makan dan sholat.

Suasana Makan Siang Acara #RoadBlog Bandung
Selesai isoma, acara dilanjutkan kembali. Sebelum memulai sesi 2 ada acara hiburan dulu nih, kali ini Mas Aldy menunjukan kebolehannya dalam dunia persilatan persulapan. Ada 3 orang peserta yang berpartisipasi dalam 'show' Mas Aldy ini yaitu, Mas Hilman, Mbak Winda dan Teh Yuli. Konsep sulapnya bukan seperti Pak Tarno yang prok prok jadi apa prok prok :p, pertunjukan Mas Aldy ini lebih ke arah membaca/menebak pikiran kita. Partisipan diberi pertanyaan berbeda - beda kemudian diminta untuk menuliskan jawaban tersebut ke dalam kertas, jawaban mereka nantinya akan di tebak oleh Mas Aldy.

Mas Aldy sedang menebak jawaban Mbak Winda
Lanjut sesi ke 2, kali ini ada 2 narasumber yaitu Mas Sunjaya dari Bank Sinarmas dan Mbak Ani dari Genflix. Mas Sunjaya menjelaskan mengenai tabungan online, dari penjelasan beliau saya jadi mengetahui betapa mudahnya membuka tabungan online. Kita tinggal buka website mereka terus pilih menu tabungan online. Cocok deh buat kita yang males ngantri di Bank untuk buka rekening. Sedangkan Mbak Ani menjelaskan apa itu Genflix. Nah, bagi yang belum tahu apa itu Genflix bisa berkunjung ke sini. Genflix ini keren banget, kita bisa menonton film, liga Eropa sampai anime. Selain itu untuk film luar, sudah dilengkapi subtitle. Makin asik aja nih nontonnya.

Nah, akhirny acara yang di tunggu datang juga. Kali ini pembicaranya Bang Aswi dan Kang Argun. Sebelum berbagi tips menulis, Bang Aswi memutarkan sebuah lagu dari seorang penyanyi asal Jepang Yui *ternyata beliau terinspirasi dari Yui :). Menurut Bang Aswi agar konsiten menulis dibutuhkan target atau schedulling menulis untuk diri kita sendiri. Misal target kita 2 kali menulis dalam seminggu, 3 kali dalam sebulan dan seterusnya. Jujur ini saya rasakan sendiri, konsistensi dan komitmen untuk tetap menulis itu berat. Kemudian dilanjut dengan pembahasan mengenai SEO dari Kang Argun. Yang saya tahu SEO itu proses untuk mengindex website kita agar dapat ditelusuri oleh Google. Tapi ternyata dalam prakteknya rempong banget dan butuh waktu. Padahal dengan background saya yang lulusan teknik informatika, SEO ini harusnya sudah saya mengerti tapi ternyata masih ngblank juga :D.

Akhirnya sampai di penghujung rindu acara. Seharian dalam ruangan seminar tidak membuat saya bosan, malah seharian terasa cepet banget. Banyak sekali ilmu yang saya dapatkan dari event ini, selain itu teman blogger pun jadi bertambah. Terimakasih untuk komunitas Blogger Bandung, untuk kesempatan yang langka ini. Mudah - mudahan bisa hadir di event selanjutnya :)